Kiri
Katanya?
(Sebuah Goresan Pemikiran)
(Sebuah Goresan Pemikiran)
Istilah kiri mungkin tidak memiliki
defenisi yang begitu jauh dalam pandangan secara umum. Kiri secara umum
diartikan sebuah sisi yang berseberangan dengan kanan. Namun dalam istilah
politik, kiri memiliki arti yang sangat mendalam dan kompeks. Istilah kiri
sering diidentikan sebagai sebuah paham/ ideologi yang berhubungan dengan
sosialisme ataupun komunimse. Jadi tidak heran apabila orang- orang yang
menganut paham tersebut biasa disebut sebagai orang kiri. Sedangkan orang-
orang yang tidak sepaham dengan ideologi tersebut di golongkan kedalam kelompok
kanan. Kelompok kanan menitikberatkan liberalisme sebagai dasar pemahamannya.
Dalam tatanan ideologi politik, kelompok kanan dan kelompok kiri selalu
mengalami kontradiksi pemahaman satu sama lainnya. Sebagai contohnya, dalam
tatanan perang dingin kelompok yang termasuk dalam kelompok kiri adalah negara-
negara yang tergabung dalam blok timur yang di motori oleh Uni Soviet.
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok kanan adalah negara- negara yang
tergabung dalam blok barat dengan Amerika Serikat sebagai motor penggeraknya.
Namun pada hakikatnya, istilah kiri
dalam politik tidak serta merta ada begitu saja, melainkan mengalami perjalanan
yang panjang. Menurut beberapa literatur yang pernah saya baca, istilah kiri
dalam politik bermula dari peristiwa pengaturan tempat duduk di ruangan anggota
legislatif pada masa revolusi prancis.
Mereka yang mendukung kebijakan yang diambil oleh pemerintahan monarki prancis
pada saat itu duduk berkumpul di bagian kanan ruangan. Sedangkan mereka yang
melakukan penolakan kebijakan pada saat itu duduk berkumpul di kiri ruangan.
Selebihnya mereka yang bisa dikatakan tidak mempunyai pilihan yang pasti
memilih untuk duduk berkumpul di tengah ruangan. Kelompok terakhir inilah yang
kemudian di juluki sebagai kelompok moderat. Jadi atas dasar pengaturan tempat
duduk inilah kemudian muncul istilah kelompok kiri, kelompok tengah dan
kelompok kanan. Namun dalam perkembangannya, istilah kiri dan kanan dalam
politik tidak lagi hanya sebatas permasalahan yang disebutkan diatas melainkan
sudah mengacu pada hal- hal yang lebih komplek, misalnya pada tatanan ideologi-
ideologi politik.
Dalam perkembangan nya istilah kiri
cenderung di kaitkan terhadap marxisme. Marxisme dinilai mampu mewakili
defenisi kiri karena teorinya mengenai perjuangan kelas proletar. Gambaran umum
marxisme menjelaskan bahwa kaum yang termarjinalkan (yang disebut sebagai
proletar/buruh, petani kecil, rakyat jelata) tidak semestinya mengalami
penderitaan. Akan tetapi penderitaan yang dialami kaum proletar tersebut adalah
akibat dari ketamakan beberapa orang yang memiliki modal untuk mensejahterahkan
hidupnya sendiri (marxisme menyebutnya sebagai kaum borjuis). Faktor yang
menetukan nasib kedua kelas sosial masyarakat tersebut adalah kepemilikan
terhadap alat produksi. Mereka yang memiliki modal (kapital) mempunyai
kemampuan untuk memiliki alat produksi yang mampu memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Sedangkan mereka yang tidak mempunyai modal tidak dapat memiliki alat
produksi dan hanya dapat menjadi pekerja yang bermodalkan tenaga fisik mereka
saja. Penderitaan mereka tidak hanya pada hal itu saja, melainkan juga
perlakukan yang tidak manusiawi dari pemilik modal yang memberi upah murah dan jam
kerja yang sangat tinggi. Penindasan yang dialami kaum proletar tidak hanya
meliputi penindasan secara fisik melainkan juga penindasan secara psikis,
dimana kaum proletar teralienasi dari lingkungan sosialnya. Sehingga jalan yang
ditawarkan marxisme untuk melepaskan kaum proletar dari penindasan tersebut
adalah dengan cara melakukan perlawanan terhadap pemilik modal yang di
istilahkan sebagai revolusi sosial.
Namun dalam pemahaman yang lebih
modern seperti sekarang ini pengertian kiri mengalami perkembangan yang semakin
luas. Jika pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa kiri cenderung terhadap
marxisme/komunisme yang cenderung anti terhadap agama, justru sekarang
pengertian kiri tidak hanya terjebak kedalam hal- hal tersebut semata. Sebagai
contoh, istilah kiri sekarang sangat populer digunakan terhadap orang- orang
yang menolak kapitalisme ataupun hegemoni ekonomi seperti yang dilakukan oleh
negara Amerika Serikat. Tak heran apabila orang-orang yang menolak politik luar
negeri amerika seperti misalnya Fidel Castro, Hugo Chavez, Erick Morales,
Ahmaddinejad, ataupun Lula (mantan presiden brazil) dikatakan sebagai orang-
orang kiri. Ini berkaitan terhadap sikap mereka terhadap penolakan atas
hegemoni ekonomi yang dilakukan oleh negara Amerika Serikat terhadap dunia
global.
Di indonesia sendiri, istilah
kelompok kiri merupakan suatu istilah yang tentunya tidak asing lagi. Tak bisa
dipungkiri bahwa kemerdekaan negara ini di pelopori oleh orang- orang kiri.
Soekarno, Hatta, Syahrir misalnya, adalah founding fathers bangsa ini yang
notabene adalah orang- orang kiri. Sikap mereka yang anti penjajahan dan jiwa
sosial mereka yang tinggi yang membuat meraka di katakan kiri. Namun pasca
pertengahan tahun 1965 yang juga masa berakhirnya orde lama, istilah kiri mulai
di negatafisasi terhadap hal- hal yang berbau kekerasan dan kejahatan yang
dihubung-hubungkan terhadap gerakan satu oktober. Hal inilah yang kemudian
menghembuskan citra orang kiri sebagai orang yang hanya mempunyai jiwa
pemberontakan dan tidak mempunyai aturan. Singkatya istilah kiri mulai
dikreditkan terhadap hal- hal yang berbau negatif semata.
Namun dalam pemahaman saya, istilah
kiri tidak hanya terpenjara terhadap dogma- dogma pemikiran tertentu saja. Kiri
merupakan sebuah peikiran dan sikap yang diambil seseorang ataupun sekelompok
orang untuk anti terhadap penindasan baik itu penindasan berupa sistem maupun
penjajahan dalam bentuk fisik. Bagaimanupun juga orang- orang yang melawan
terhadap tindak- tanduk penindasan dapat dikatakan sebagai orang- orang kiri
karena mereka idak menginginkan adanya penguasaan orang terhadap yang lainnya.
Orang- orang kiri tidak berfikir secara reaksioner yang hanya spontanitas
terhadap sebab akibat suatu permasalahan melainkan berpikir dan bertindak secara
terorganisir melakukan perlawanan yang bersifat radikal demi sebuah perubahan
keadaan sosial yang lebih baik.
Namun dalam kehidupan sekarang ini
kita banyak menemui mereka yang tiba- tiba mengaku kiri tanpa mengetahui esensi
kiri iu apa. Ada lagi mereka yang hanya berpikir kiri tapi tidak mampu
bertindak untuk merepresentasikan pemikirannya tersebut. Atau mereka yang
bertindak secara reaksioner tanpa mempunyai radikalisasi pemikiran dan
tindakan. Hal ini lah yang kemudian menumbuhkan kiri- kiri gadungan dalam
kehidupan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar